• Beranda
  • penyakit
  • Seringkali Tidur Lebih Dari 20 Jam Sehari? Waspada Sindrom Putri Tidur

Seringkali Tidur Lebih Dari 20 Jam Sehari? Waspada Sindrom Putri Tidur

Seringkali Tidur Lebih Dari 20 Jam Sehari? Waspada Sindrom Putri Tidur

Bagikan :


Apakah Anda pernah membaca cerita tentang dongeng putri tidur? Di mana ada seorang putri yang dikutuk tidur dalam jangka waktu yang sangat lama dan hanya bisa dibangunkan oleh ciuman sang pangeran. Kedengarannya memang indah ya, tetapi tidur dalam jangka waktu yang sangat lama di dunia nyata ternyata tidak seindah itu.

Sindrom Kleine-Levin atau yang disebut sleeping beauty syndrome (sindrom putri tidur) adalah kelainan yang menyebabkan seseorang tidur dalam jangka waktu cukup lama. Dalam beberapa kasus, mereka yang mengidap sindrom putri tidur bisa menghabiskan sampai 20 jam dalam sehari untuk tidur. Mereka mungkin akan bangun untuk makan, buang air kecil atau buang air besar, namun kemudian mereka akan tidur kembali.

Gejala sindrom putri tidur

Mereka yang mengalami sindrom putri tidur tidak mengalami gejala setiap hari. Umumnya gejala muncul tiba-tiba, dan saat episode gejala muncul bisa berlangsung dalam beberapa hari, beberapa minggu, atau bahkan berbulan-bulan. Namun, setelah episode gejala selesai, biasanya pasien bisa melanjutkan aktivitas seperti sedia kala.

Dilansir Healthline, berikut adalah gejala yang dialami penderitanya:

  • Rasa mengantuk yang berlebihan dan sulit bangun di pagi hari
  • Tubuh terasa sangat lelah dan membutuhkan tidur
  • Tidur dalam jangka waktu yang sangat lama, bisa mencapai 15-20 jam dalam sehari
  • Halusinasi atau gangguan persepsi pada sesuatu yang tidak ada
  • Disorientasi
  • Mudah tersinggung
  • Berperilaku seperti anak-anak
  • Nafsu makan yang besar
  • Gairah seksual yang berlebihan

Penyebab sindrom putri tidur

Para ilmuwan tak tahu pasti apa yang menyebabkan seseorang bisa mengalami sindrom putri tidur. Namun seperti dilansir MedicineNet, berikut adalah faktor penyebabnya:

  • Penyakit yang diturunkan

Walaupun jarang, namun sindrom putri tidur ini umumnya bisa memengaruhi lebih dari satu anggota keluarga. Hal ini menunjukkan ada peran faktor genetik yang menyebabkan munculnya kondisi tersebut.

  • Gangguan autoimun

Gangguan autoimun mulai berkembang ketika sistem kekebalan alami tubuh menyerang jaringan-jaringan sehat di dalam tubuh. Seperti halnya dalam sindrom putri tidur, gangguan autoimun juga mungkin menyebabkan munculnya gejala sindrom putri tidur dan membuat seseorang merasa membutuhkan tidur dalam jangka waktu yang lama.

  • Kerusakan bagian otak

Adanya kerusakan atau malfungsi bagian otak tertentu yang mengatur fungsi tidur, suhu tubuh dan rasa lapar serta kelainan dalam metabolisme zat yang membawa sinyal saraf, yaitu serotonin dan dopamin, juga diidentifikasi sebagai faktor yang mungkin menyebabkan sindrom putri tidur.

  • Adanya infeksi tertentu yang memengaruhi hipotalamus di otak

  • Mengonsumsi alkohol berlebihan, depresi, gangguan suasana hati

Pengobatan sindrom putri tidur

Sindrom putri tidur adalah gangguan yang sulit didiagnosa karena memiliki gejala yang mirip dengan gangguan kejiwaan. Akibatnya dibutuhkan rata-rata empat tahun untuk mendiagnosa sindrom ini secara akurat. Karena gejalanya mirip dengan gangguan kejiwaan, dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan fisik dan tes seperti pemeriksaan darah, pola tidur, dan melakukan pemeriksaan pencitraan seperti CT scan atau MRI.

Menurut MedicineNet, belum ada pengobatan yang langsung bisa mengatasi sindrom putri tidur. Namun, dokter akan memberikan pengobatan untuk meringankan atau memperlambat gejalanya. Dokter dapat memberikan obat stimulan dan mood stabilizer untuk mengatasi gejala.

Seperti yang disebutkan sebelumnya, sindrom putri tidur tidak mudah didiagnosa dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memastikan diagnosanya. Sehingga apabila Anda atau orang di sekitar Anda mengalami kecemasan atau depresi yang tidak diketahui dan tidur sampai 20 jam per hari, konsultasikan kondisi tersebut dengan dokter untuk meringankan gejala yang telah muncul saat ini.

Writer : Agatha Writer
Editor :
  • dr Hanifa Rahma
Last Updated : Minggu, 16 April 2023 | 18:32

Higuera, V. (2018). What Is Kleine-Levin Syndrome (KLS)?. Available from: https://www.healthline.com/health/kleine-levin-syndrome#symptoms

Kumar, K. (2020). What Causes Kleine Levin Syndrome?. Available from: https://www.medicinenet.com/what_causes_kleine_levin_syndrome/article.htm